Yang namanya konvoi atau touring pasti tujuan awalnya brotherhood, menjalin kekeluargaan antar anggota dan pastinya lingkungan sekitarnya. Nach kalau kekeluargaan hanya di kalangan anggota saja tanpa memperdulikan lingkungan maka yang ada pasti anarkisme di jalanan, disinilah ujung ujungnya sebuah club dicap geng motor oleh masyarakat. Ada kekerasan dari biker… mindset masyarakat yang ada hanya geng motor.
Belum lama ada curhatan dari FB yang menceritakan dia habis mengalami kekerasan di jalan dilakukan oleh PATWAL saat mengiringi konvoi motor gedhe, klik disini.
Konvoi Motor Besar dikawal Patwal Berujung ditendangnya Pengguna Jalan Oleh Patwal ???
Jika masyarakat sudah tidak tahan lagi dengan adanya efek kekerasan yang ditimbulkan oleh adanya suatu kelompok motor maka masyarakat juga bisa bertindak bahkan malah bisa jauh lebih anarkis, contohnya saja warga jembrana bali, mereka sudah tidak tahan dengan ulah para pengendara motor besar yang sering lewat di daerahnya karena sering menimbulkan kecelakaan dan kekerasan di jalan.
Meski dari pihak pihak kepolisian berjanji akan menegor tapi yang jadi pertanyaan, apakah polisi benar2 akan menegor…?. Hukum masyarakat lebih mengerikan daripada hukum pidana, meskipun seharusnya kekerasan bukan penyelesaian yang terbaik lebih baik di musyawarahkan terlebih dahulu agar semua saling mengerti. Sudah semestinya kita saling menghormati sesama pengguna jalan karena kita sama2 bayar pajak.
sumber : suluh bali.
SULUH BALI, Negara – Pengendara motor gede (moge) mesti berhati-hati bila lewat wilayah kabupaten Jembrana, Negara. Nampaknya, warga di bumi mekepung ini sedang kesal dan sampai mengancam akan menghadang konvoi pengendara sepeda motor gede, karena beberapa kali menyebabkan kecelakaan lalu-lintas.
“Mobil saya diserempet oleh pengemudi motor gede hingga kaca spionnya pecah. Padahal waktu itu saya sudah minggir, untuk memberi kesempatan mereka lewat,” kata Kadek Bolo, warga Desa Batu Agung, Kecamatan Jembrana, Minggu (9/11/2014).
Menurut dia, setelah menyerempet mobilnya, pengendara motor gede tersebut melarikan diri, sehingga sebagai sesama pengguna jalan raya ia merasa dirugikan.
“Kami ini juga membayar pajak seperti mereka, jadi jangan arogan dan seenaknya. Kalau seperti ini terus, kami akan blokir jalan bagi mereka. Kejadian kecelakaan gara-gara mereka tidak hanya sekali ini, warga sudah bosan dengan tingkah mereka,” ujarnya.
Ia mengatakan, saat warga sudah marah, tidak akan peduli meskipun pengendara motor gede tersebut dari kalangan pejabat maupun keluarganya.
“Harusnya karena berasal dari kalangan atas, mereka lebih tahu etika dan aturan berlalu-lintas. Tapi kok kayaknya jalan raya mereka sendiri yang punya,” katanya emosi.
Selain Bolo, kecelakaan yang melibatkan motor gede juga terjadi Sabtu (8/11) sore, saat seorang pengendara sepeda motor terserempet hingga hampir terpelanting.
Pengendara sepeda motor tersebut sempat mendatangi pengemudi motor gede dengan penuh emosi, namun bisa diredakan oleh aparat kepolisian yang berjaga di Pos Lalu-Lintas dekat lokasi.
Kepala Satuan Lalu-Lintas Polres Jembrana, Ajun Komisaris Gede Sumadra Kerthiawan mengatakan, pihaknya akan menegur pengemudi motor gede.
“Teguran langsung akan dilakukan anak buah saya di lapangan, selain itu juga ada teguran tertulis khususnya untuk komunitas motor gede di Jembrana. Kalau yang di luar daerah, keluhan masyarakat ini akan kami laporkan ke Direktorat Lalu-Lintas, Polda Bali,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar